Pembelajaran Tatap Muka (PTM) Terbatas Versi SMA N 10 Yogyakarta
SMA N 10 Yogyakarta pertama kali melaksanakan pembelajaran tatap muka terbatas pada 24 November 2020. Saat itu, peserta didik sangat antusias mengikuti pembelajaran tatap muka terbatas. Meskipun tidak semua peserta didik mengikutinya, pelaksanaan pembelajaran tatap muka terbatas sudah cukup untuk mengobati rasa rindu peserta didik akan suasana belajar di sekolah. Sebelum melaksanakan pembelajaran tatap muka terbatas, tentu pihak sekolah terlebih dahulu meminta pendapat dari orang tua atau wali murid dan mendukung kegiatan tersebut.
Pelaksanaan pembelajaran tatap muka terbatas tahun 2020, SMAN 10 Yogyakarta menerapkan berbagai aturan, yaitu pembelajaran tatap muka terbatas maksimal dihadiri oleh 18 peserta didik sedangkan sisanya mengikuti pembelajaran secara daring dari rumah masing-masing. Selanjutnya, untuk mencegah kerumunan, pihak sekolah menerapkan pembagian shift. Shift pertama berlangsung dari pukul 07.00 WIB sampai pukul 10.00 WIB. Shift kedua berlangsung dari pukul 11.00 WIB sampai pukul 14.00 WIB. Ketiga, sebelum memasuki lingkungan sekolah, peserta didik diwajibkan untuk mencuci tangan di wastafel yang sudah disediakan oleh pihak sekolah serta mengecek suhu. Di pintu gerbang sekolah, sudah ada petugas sekolah yang berkewajiban untuk mengecek suhu peserta didik sebelum peserta didik memasuki lingkungan sekolah. Jika ada peserta didik yang suhu badannya mencapai 37 derajat, maka peserta didik tersebut tidak diperbolehkan untuk memasuki lingkungan sekolah dan mengikuti pembelajaran tatap muka. Peserta didik dengan suhu badan mencapai 37 derajat, diminta untuk kembali ke rumah dan beristirahat. Semua aturan yang sudah dibuat oleh sekolah, diterapkan dengan baik oleh seluruh peserta didik yang mengikuti pembelajaran tatap muka terbatas.
Persiapan pelaksanaan pembelajaran tatap muka terbatas, sekolah ini sudah melakukan banyak hal untuk mendukung kegiatan tersebut. Langkah awal yang ditempuh pihak sekolah diantaranya, mereka berupaya untuk melengkapi seluruh fasilitas yang diperlukan agar sesuai dengan protokol kesehatan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.
“Sekolah berupaya untuk melengkapi seluruh fasilitas yang diperlukan. Pertama, tentu menyediakan wastafel. Wastafel ini nanti digunakan anak untuk sering mencuci tangan dengan sabun cair. Di halaman sekolah sudah tersedia sembilan wastafel. di depan aula juga sudah tersedia wastafel. Kemudian, di setiap lorong kelas juga sudah tersedia wastafel. Tiap-tiap wastafel tersebut, sudah dilengkapi dengan sabun cuci tangan cair, hand sanitizer, serta tisu,” jelas Ibu Kepala SMA N 10 Yogyakarta, Ibu Sri Moerni, S.Pd., M.Pd., ketika diwawancarai secara daring Rabu (18-08-2021).
Sampai hari ini, SMA N 10 Yogyakarta sudah memiliki 38 wastafel dalam kondisi baik yang sudah dilengkapi dengan sabun cuci tangan cair, hand sanitizer, serta tisu dan setiap ruangan kelas juga dalam kondisi yang baik dan bersih .
Dalam penerapan praktik pembelajaran pada tahun 2020 dan 2021, SMA N 10 Yogyakarta menerapkan praktik pembelajaran blended learning. Blended learning adalah perpaduan antara pembelajaran tatap muka dan pembelajaran daring. Pada 24 November 2020, blended learning dilaksanakan dengan cara 50% peserta didik mengikuti pembelajaran di sekolah dan 50% peserta didik mengikuti pembelajaran secara daring di rumah masing-masing. Pelakasanaan blended learning yang diterapkan oleh SMAN 10 Yogyakarta pada tahun 2020 maupun 2021 sudah berjalan dengan baik dan terbilang sukses .
Kesuksesan yang diraih tentu saja adalah hasil kerja keras dari bapak dan ibu guru yang berperan untuk selalu mengingatkan peserta didik agar selalu disiplin protokol kesehatan, satgas kesehatan sekolah, dalam hal ini adalah petugas sekolah yang berperan untuk mengecek suhu peserta didik sebelum memasuki lingkungan sekolah serta pihak-pihak yang membantu melengkapi kamar mandi sekolah dan wastafel dengan sabun cuci tangan cair, hand sanitizer, dan tisu. Komite sekolah juga berperan dalam mendukung pelaksanaan pembelajaran tatap muka terbata, karena komite sekolah menyadari, bahwa pembelajaran tatap muka jauh lebih efektif dan efisien daripada pembelajaran secara daring, serta orang tua peserta didik yang berperan dalam mendukung pelaksaanaan pembelajaran tatap muka terbatas dengan cara dengan senang hati mengantar dan menjemput anak mereka tepat waktu dan memastikan anak mereka memakai masker ketika akan mengikuti pembelajaran tatap muka terbatas.
Sekolah berharap agar pelaksanaan pembelajaran tatap muka terbatas selanjutnya dapat berjalan lebih baik lagi dan lebih sukses lagi dan pembelajaran tatap muka selanjutnya, semua peserta didik dalam kondisi sehat dan Covid-19 sudah bisa dikendalikan, sehingga semua peserta didik dapat kembali ke sekolah dan belajar bersama-sama seperti yang sudah dilakukan sebelumnya sejak sebelum pandemi. Meskipun banyak hal yang kita semua harus adaptasi kembali.
Rasyel Adzril Saputri - XI IPS 1 SMA N 10 Yogyakarta
0 Komentar
Untuk mengirimkan komentar silakan login terlebih dahulu!